Cerpen Prakata


AKU INGIN PULANG

“Manusia terlalu sering terhadap sesuatu yang terkadang sesuatu yang ditakutkan itu belum tentu terjadi dan bahkan tak pernah terjadi”


Tulisan ini kupersembahkan untuk setiap manusia yang terlahir dengan cinta dan kasih sayang. Manusia yang hidup dalam naungan dan limpahan cinta.

***

Siapakah diriku ini?

Dimanakah aku, apa yang aku cari, untuk apa aku hidup, apa yang kuharapkan dari hidup, aku bingung. Semua pertanyaan hati itu semakin menggangguku, mengganggu jiwa, hati dan pikiranku. Kemana aku harus melangkah dan berpijak. Bukankah aku manusia yang mengenal Tuhan, mengenal segala perintah-perintah-Nya, menjalankan segala perintah dan peraturan-Nya, tetapi mengapa aku masih seperti ini, manusia yang tidak memiliki tempat berdiri, manusia yang terombang ambing oleh maksiat dan ketidakyakinan akan ke-Esaan Tuhan. Haruskah kematian yang menyadarkanku.

Aku ingin kembali, kembali menjadi manusia. Aku tidak mampu, rasa maluku kepada Tuhan, rasa maluku pada diriku sendiri, rasa takutku bila kelak akan mati. Haruskah aku berlari. Mencari dunia lain yang dapat menampungku, manusia penuh dengan dosa dan kehancuran ini.

Andaikan dapat, aku ingin hidup sendiri di padang pasir yang tandus dan dan kering. Agar aku dapat manjerit sekeras-kerasnya. Aku ingin menangis sepuas-puasnya, tanpa harus takut dan malu. Agar segala sakit yang kurasakan dalam jiwa ini dapat kubuang. Sakit yang telah menghancurkan kehidupanku selama puluhan tahun lamanya.

Namun hatiku tak mampu. Haruskah kematian yang menyadarkanku.

Dua puluh tiga tahun lalu, sesuatu yang sangat mengerikan telah menimpaku, kejadian yang telah membuat tujuh petala langit dan tujuh petala bumi murka melihatnya. Sesuatu yang telah membunuh jiwa, hati, perasaan dan pikiranku sebagai manusia yang sebenarnya. Malapetaka itu telah merenggut sifat manusia yang sesungguhnya dari dalam tubuhku.

Jiwaku diam, setan telah menusuk hati dan perasaanku, terlalu dalam hingga menembus pusat darah diotakku, mengalir, bersatu dalam aliran dan denyut nadi, memenuhi rongga sumsum di tubuhku. Ia telah mencabut fitrah diriku dengan keji, membuang dan mencampakkannya kedalam kubangan dosa.

Haruskah aku menangis, haruskah aku menjerit, meronta dengan apa yang kualami, sedang aku tidak merasa rugi dan terganggu dengan kejadian itu. setan telah merangkulku dalam dekapan api, menyelimuti hati dan jiwaku dalam kubangan nafsu. Aku diam, karena aku tidak merasakan rasa itu.

Haruskah kusesalkan semua yang sudah tertulis untuk hidupku, untuk apa, toh waktu tidak bisa berbalik untuk mengembalikan kesucianku, mengembalikan fitrahku sebagai manusia, manusia yang suci dan manusia yang sesungguhnya. Tidak ada yang harus kusalahkan, tidak orang tuaku, toh ini sudah suratan takdirku yang harus aku jalani.

Aku menyesal. Jiwaku selalu menjerit agar belenggu yang merantai jiwa, hati dan perasaanku dapat terlepas. Aku menangis dalam kehampaan. Karena hatiku tak mampu melepas belenggu yang merantai jiwaku.

Aku terlalu kotor. Bau busuk telah menyebar dari seluruh pori-pori tubuhku. Dalam darahku masih mengalir nafsu-nafsu itu. Aku nyaris mengakhiri hidupku. Seandainya bukan karena keyakinanku terhadap Allah, mungkin aku akan mengakhiri hidup ini. Aku bukan hanya berbuat dosa, akan tetapi menjadikan manusia-manusia lainnya ikut berdosa akibat ulahku tanganku.

Aku ingin pulang. Kembali dalam hidup yang sesungguhnya. Bantulah daku. Aku sudah tidak sanggup lagi. Aku takut kematian akan merenggutku sebelum sempat melepaskan belenggu yang melilit jiwa, hati dan perasaanku.

Aku ingin pulang.

Aku ingin pulang.

Aku ingin pulang.

 
You can follow any responses to this entry through the Contac Us. You can leave a response.