Kumpulan Puisi Sang Pujangga

Budiyanto Pradono Architect

DI MANAKAH RINDU ?

Sejalan waktu yang kian lalu..
kugapai rindu,
kutunggu selalu… email yang kau janji dulu..
kadang kuharus berebut dengan sang waktu…
tatkala rindu tak terbendung; modemku juga enggan berkompromi
dengan diriku…
dimanakah dirimu..??
kugapai sepi … kunikmati dingin ini sendiri… bersama seonggok rindu
yang menghiburku dengan mimpi..
dimanakah kamu?
Komputer kasihku hiburkan diriku..lumatkan sepi ini dengan game..
kala rindu menggapai kugadaikan dia pada sang waktu..
modemku memberi sinyal tanda sudah tersambung; sayang… dirimu tak kunjung hadir .
pudar mapat jera… beralas kaki berselimut dingin..
beralas rindu…
diriku kering… diatas rindu yang membalutku..
dan bergelut dengan mimpi…
memberiku lebih berarti..
dimanakah dirimu kini…?
yang kutahu… teknologi telah mematahkan semangat merayakan tubuh
tapi menghantarkan roh-roh rindu lewat modem..
aku bahkan tak peduli engkau dimana…
yang penting memberiku segenggam air dan secangkir rindu
kureguk hening kumampatkan sepi…. Kunikmati lagi sang rindu…
memberi bara pada cinta kita..
engkau di antartika, diriku di katulistiwa…itu tak berarti kini..
asal modem dan komputerku menemaniku di sini bersama sang rindu..
dimanakah dirimu?
Aku tak peduli.
Dimanakah rindu?
Itu yang harus ada, agar cinta tetap terjaga

BP150898


BONEKA

diantara gemulai gadis ber-rok mini
dan insyafku wanitaku
terbungkus dan sederhana

demo tak juga bubar
lukisan yang tak pernah selesai
kata-kata yang tak terkatakan
dan gerak terbaca bila sadar
wanitaku...

wanitaku bonekaku
teman mengentas sarapan pagi
menghantar sepi merambat dalam mimpi
seperti itik pulang senja

wanitaku.. aku bonekamu
membuka dan mendengar telingaku
tanpa sadar aku muak dan hilang
diri...

ahh....
aku ereksi disini
aku ejakulasi hati

wanitaku...
aaa...

aku tanpamu tanya

-=14.58 : kantin: 9/12/98=-


Rubon (Rumah Kebon) Pak Arman

menyusuri tepi danau
aku seakan sampai pada keheningan
di antara hutan beton dan akasia
terhampar tanpa batas

sedikit berjalan,
kebon kacang dan singkong
lidah buaya menjulur-julur
jangkrik dan beberapa ayam hutan menyambung hidup

rumahnya menyendiri
cat putih, bersih dan elegan
kokoh tapi sederhana
berdiri mengangkangi sungai tanpa tepi

aku datang lagi
tanpa kemewahan dan keangkuhan
segelas teh, sepiring singkong rebus
ia hanya ingin sisa umurnya
seperti elang yang hinggap tadi pagi

kemudian dinginnya malam
menggelitik ingatanku
ada rasa yang sederhana
dan apa adanya

8/11/98

SAYAP-SAYAP PATAH

seperti sayap-sayap yang patah
di keheningan sebuah senja
lalu sayap-sayap meninggalkan peraduan
bersama menutup malam
ada sayap yang benar-benar patah
dibalik terali

depok 7/11 98


WAHAI

hai ... apa kabar?
itu yang sering kusapakan
pada matahari ketika datang

hai... hari ini kabarmu bagaimana?
kuucap di menjelang senja

hai... kamu kemana saja?
kemanapun kamu melangkah
sungguh!
aku peduli

hai...
cuma basa basi

hai...
aku peduli

hai...
kenapa kau tidak?

cikini-depok
3/11/98


Abdull Hafid

Orang Baru

Gelanggang yang berada di depan ku
Jelas..... kecil
Ku coba-coba terokainya dengan sentuhan jari halus ini...
Ternyata...... dugaan ku meleset
Hanya bermodalkan puisi
Kini PC ku penuh berisi
Dengan ide bernas penuh sensasi

Kalau dulu highway yang sunyi
Namun kini..... melintas pun tidak berani
Nama-nama kalian umpama lampu yang berkerdipan
Karya dan debat berbalas-balasan
Membuat aku semakin kerdil terpesona pada kehebatan
Siapa lagi kalau bukan kalian

 
You can follow any responses to this entry through the Contac Us. You can leave a response.