Mimpi Romantis Sheila

Sheila ingat mimpinya berdansa dengan Brendan. Brendan yang mengajaknya turun melantai. Wah... mimpi-mimpiku akan jadi kenyataan, pikir Sheila girang.


Cowok keren itu memandang Sheila lembut dari lantai dansa hingga Sheila merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Cowok itu mendatanginya. Berjuta rasa menyerang Sheila, cemas, gugup, senang, grogi dan entah apa lagi.
Cowok itu kian dekat, kaki Sheila gemetar.
“Hai…”
Oh God! Dia bilang hai, pekik hati Sheila. Sheila mencoba tersenyum, tapi suaranya untuk balas menyapa dirasanya seperti bebek, nggak enak didengar.
“Aku ingin mengajakmu berdansa….”
Mengajakku berdansa? Oh God! Sheila tambah gugup, kakinya tambah gemetar, dia tak mampu mengangkat wajahnya yang dirasanya pasti merah padam kayak kepiting rebus.
Cowok itu dengan lembut menarik jari jemari Sheila, memutuskan serba salahnya.
Sheila pun bangkit, dadanya makin keras berdebar, tangan cowok itu dirasanya begitu lembut melingkar di pinggangnya, aroma parfumnya begitu menawan penciumannya, lalu dengan sabar dia menuntun langkah kaki Sheila menuruti langkah-langkahnya. Dengan tatapannya yang penuh cinta, dia berusaha menenangkan Sheila, menentramkan gemuruh jantungnya. Sheila mencoba untuk tidak terus menunduk, dia ingin juga memperlihatkan matanya yang penuh cinta. Kini kaki-kaki Sheila dan cowok itu lincah melantai, di bawah tatapan berpasang-pasang mata yang iri.
Sheila tersenyum bangga, puas, hatinya menertawakan gadis-gadis di sekelilingnya. Mereka begitu cantik dan sempurna seperti putri-putri bangsawan, pakaian-pakaian mereka bercorak indah, terbuat dari sutra, tapi malam ini akulah yang Lady…Ha ha ha!
Buummmm!
Sheila nyaris terjatuh, jantungnya berdebar kencang. Ia memandang aneh ke cowok berambut kribo dan berhidung besar yang dibencinya, yang lagi mungutin buku-buku yang berjatuhan. Orang-orang di perpustakaan menoleh sambil ketawa.
“Sial” umpat hati Sheila kesal. Cowok keren bak pangeran yang tadi berdansa dengannya jadi hilang, raib entah ke mana.
Sheila mendengus membelalakkan matanya. Cowok itu selesai memunguti buku-bukunya, lalu tersenyum kepada Sheila. “Sialan lu! Kribo item jelek! Maki Sheila dalam hati.” Dia emang paling sebel sama cowok yang sering ditemuinya di perpustakaan ini.
Kembali Sheila merapikan buku-buku di rak tinggi itu.

Cowok keren bak pangeran itu muncul lagi, kini bahkan sudah memegang tangan dan mengusap gemes pipinya. Sheila memekik kegirangan, matanya memandang takjub wajah keren itu, yang hanya berjarak beberapa senti dari hidungnya, Sheila membayangkan sebentar lagi sang Pangeran akan semakin mendekatkankan hidungnya dan mencium….
“Hai…!”
Sheila tersentak kaget terbangun dari mimpinya, matanya langsung melotot, dia memandang tak percaya cowok di depannya. My God! Itu pangerannya. Ia benar-benar muncul di depannya.
Cowok yang mirip Fachri Albar itu tersenyum, aduhai, jantung Sheila berdetak gila-gilaan. Cowok itu menarik buku di depan Sheila.
Sheila cepat tersadar, pangerannya tertarik dengan buku-buku yang sedang dibacanya.
“Boleh aku pinjam yang ini?”
“Boleh… boleh,” jawab Sheila dengan suara bergetar.
Cowok itu mengangguk.
“Terima kasih Tuhan, Kau kabulkan doaku. Di perpustakaan ini memang tempat yang pas buat nungguin dia, karena dia memang suka baca buku. Akhirnya dia datang juga Tuhan, thanks Tuhan…”
“Kayaknya masih ada seri kedua buku ini, tapi aku nggak tahu di mana tempatnya.”
Wah kesempatan bagus nih, bisik hati Sheila girang, aku akan membantunya mencari buku itu dan perkenalan akan berlanjut, hingga suatu hari dia mengajakku kencan di sebuah pesta, berdansa dan….
Cowok itu mengikuti Sheila dari belakang, Sheila sendiri sedang berpikir, di mana tempat buku All About Love seri 2 yang dimaksudkan cowok itu, sudah beberapa hari Sheila jarang ngubek-ngubek tumpukan di beberapa rak buku karena waktunya akhir-akhir ini lebih banyak tersita untuk sebuah khayalan yang indah.

 
You can follow any responses to this entry through the Contac Us. You can leave a response.