Cerpen : Kantin Mahatani

AKU dan dia selalu memesan menu yang sama:
semangkok soto daging, nasi dua piring dan
dua botol teh, pakai es. Lalu, dengan
kecap manis dan sambal yang berlebih, kuah itu
menjelma menjadi seperti larutan sampel
tanah dalam percobaan tiga unsur tekstur..

Ini bukan soal kemesraan, ini penghematan.
Ini juga tentang wesel datang lambat bulan.

Lagi pula yang paling nikmat di meja-meja itu
adalah percakapan tanpa menu: jenaka selalu.

Semurung apapun mendung di matamu, seketika
terusir oleh riuh tinggi percakapan di kantin itu.

Kepada seorang kawan yang stres karena skripsi
tentang pengaruh zeolit terhadap pertumbuhan
jahe (atau jagung manis) kuceritakan lelucon
ini: "Tahukah kamu? Nama saudara aktor
Tabah Panemuan? Namanya, Sabar Penelitian!"

Soto yang sama di kantin ini disantap oleh dosen,
mahasiswa, asisten dan penjaga laboratorium...

Lelucon yang sama ditertawakan selalu di sana!

Ah, Engkau. Aku selalu mengira Kau ada di situ duduk
di pojok, dengan sebatang rokok yang tak Kau bakar,
senyum ketika ada yang lucu, seakan ingin menceritakan
sesuatu.... Aku kira aku tahu selucu apa lelucon-Mu.

 
You can follow any responses to this entry through the Contac Us. You can leave a response.