Cerpen APA ARTINYA CINTA

“Acara perpisahan dengan Pak Andi besok, gue akan ajak calon istri.” Angga mengedipkan mata genit kepada Pasha, sahabat dekat di kantornya.
“Gue akan kenalin ke lo Sha…dan ke nyonya Pasha tentu sajaaa, hehehe.” Dengan akrab Angga memukul pundak Pasha.
Pasha hanya melirik sekilas,”Boleh, Rianti pasti kaget banget kamu dah punya calon istri, pria paling dingin di kantor ini bisa juga punya gandengan.” Kemudian Pasha tersenyum lebar ke arah Angga,”Emang siapa bidadarimu itu Ngga, aku kenal?”
Angga tidak menjawabnya, hanya tersenyum penuh arti,”Yuk, kita lunch bareng.”

*

Di acara pesta perpisahan yang digelar di sebuah hotel berbintang, yang dibuat secara round table, Pasha hanya menatap dua kursi di depannya yang masih kosong, acara akan segera di mulai, tetapi sahabatnya belum juga datang, lima menit yang lalu dia sudah mengirimkan sms ke Angga, tapi belum juga dibalas olehnya. “Dimana sih tu orang, dasar jam karet.” Pasha berbisik pelan sambil melihat layar PDA nya. Rianti menyentuh perlahan lengan suaminya,”Mas, kenapa?”
“Si Angga…belum datang, padahal meja-meja lainnya sudah terisi penuh.”
Rianti hanya menggeleng sekilas, kemudian asyik mengobrol lagi dengan istri Danang, teman satu bagian dengan Pasha.
“Hm,…kira-kira Angga ajak siapa ya Sha? Ibunya? Hahaha…” Tiba-tiba Rinto yang duduk di sebelah Pasha berkata kepadanya, namun suara musik yang hingar bingar membuat Pasha tidak bisa mendengar suara Rinto dengan jelas,”Apaaa?! Lo ngomong apa Rin?”
Rinto hanya menggelengkan kepalanya sembari tertawa kepadanya, tiba-tiba, muka Rinto berubah, dia memberikan isyarat kepada Pasha untuk menoleh ke arah yang dia tunjuk dengan jarinya, Pasha pun segera melihat ke arah tangan Rinto, dan dia melihatnya juga apa yang dilihat Rinto, melihat Angga menggandeng mesra seorang wanita, dan mereka berdua berjalan menuju meja tempat Pasha duduk.
Dia…wanita itu…itu kan…
Belum selesai Pasha berfikir dan menduga siapa wanita yang sedang menggandeng tangan Angga, semua yang ada di meja itu sontak berdiri untuk menyambut kedatangan Angga dan wanitanya.
“Mas...Mas…”Rianti menarik lengan Pasha untuk segera berdiri.
“Halo…sorry gue telat, biasa nih malam minggu macet dimana-mana.” Angga menyalami semua yang duduk di round table itu satu persatu, senyum sumringah terus menerus mengembang di wajahnya.
“Kenalin dong Ngga!” Rinto menyikut pinggang Angga.
“Iya, nanti ah, ngebet aja…ada bini lo tuh!” Angga tidak menyalami Rinto melainkan melakukan high five kepadanya.
“Biasa Ngga, dia tuh emang nggak bisa lihat cewek cakep.” Astrini istri Rinto berkata sambil pura-pura mencubit pinggang Suaminya.
Mereka tidak ada yang tahu, bahwa di tengah hingar bingar suasana pesta dan di tengah godaan yang ditujukan kepada Angga, ada dua pasang mata yang saling menatap dalam.

Pasha menatap lurus sepasang bola mata indah milik Alena, dan begitu juga Alena…walau tidak ada kata-kata yang terucap, tapi keduanya sama-sama saling mengerti akan kata-kata yang tak bisa terucap itu.
“Hai Man…gimana dia?” tiba-tiba Angga memberikan pelukan salam kepada Pasha.
“Yah…cantik…congratz yah..” Pasha melepaskan pelukan akrab itu, dadanya sontak merasa sesak.
“Alena.” Alena mengulurkan tangannya singkat kepada Pasha.
“Pasha….dan ini istri saya, Rianti.” Pasha menatap Alena dalam, menatap Rianti sebentar dan kemudian menatap Alena lagi.
Namun Alena cepat-cepat memalingkan muka dari tatapan Pasha.
Pesta berlangsung cukup meriah, dan di round table yang mereka duduki, para Istri terlihat antusias sekali mengajak Alena mengobrol, menanyakan asal-usulnya, melemparkan canda dan godaan kepada Alena dan juga Angga.
Bagi Pasha, semuanya terasa lain, suasana pesta terasa sangat tidak menyenangkan baginya. “Gue ngerokok dulu di luar.” Pasha berdiri dari kursinya, memegang pundak Rianti sebentar, kemudian berlalu. “Eit, tunggu Sha, mulut gue juga pahit nih! Sebentar ya Sayang…” Angga dengan cepat ikut berdiri, membelai rambut Alena yang lembut, dan kemudian cepat menyusul Pasha.

*

Di balkon ballroom hotel yang digunakan untuk pesta, Pasha menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
“Dia Alena, teman yang elo kenal dari internet itu.” Angga mendekatinya, dia hisap rokoknya perlahan.
“Iya, sekilas gue emang ingat tampangnya, tapi cantikkan aslinya, hehehe…just kidding.”
“Santai aja Man,..” Angga tersenyum ramah kepada Pasha, namun kemudian tampang Angga berubah menjadi serius,”Gue boleh tanya sesuatu nggak?”
Pasha melirik Angga sekilas,”Yap, apa?”
“Dulu, antara elo dan Alena, apakah pernah terjadi sesuatu?”
“Nggak.” Pasha menjawabnya tegas.
“Hmm, maaf Sha…bukan maksud gue…”
“Kami dulu hanya teman, that’s it! gue udah married Man.”
“Okay…setidak-tidaknya gue nggak rebut dia dari elo kan.”
“Kapan, elo nikah ma dia?” tanpa merespon perkataan Angga, Pasha melontarkan pertanyaan lain.
“Doa’in aja, secepatnya.”

*

Di tempat tidur, Pasha tidak bisa memicingkan matanya sama sekali, padahal tubuhnya sudah sangat letih sekali, karena hampir tengah malam pesta baru usai. Terdengar di belakang tubuhnya dengkur lembut Rianti.
Ah, dia tidak bisa tidur, perlahan Pasha bangkit dari tempat tidur, mengambil PDA dari laci meja dan menuju ke ruang tamu.
Lima menit Pasha hanya duduk dan memandang PDAnya. Tampak sekali ada pertentangan di dalam dirinya.
Please…dia sudah bahagia sama sobat elo, apalagi sih?! Suara hatinya berkata.
Tapi gue tau elo beneran cemburu banget, karena dia pernah jadi getaran hati elo, karena dia ternyata malah jadian ama sobat elo, udah…coba aja elo sms dia, sapa tau hubungan elo dan Alena bisa bersambung lagi, hidup hanya sekali Man! udah..elo sms aja dia! Bertubi-tubi suara hati yang lain meracuninya.
Hatinya pun seketika itu mantap, dan dengan gesit Pasha mengetikkan kata-kata sms untuk Alena.

Udah tidur Al? Gue ngga bisa tidur, ngga nyangka banget bisa ketemu elo di Jakarta. Dan…ga nyangka juga, elo akan menikah dengan Angga

Pesan terkirim

Pasha tidak mau peduli apa reaksi Alena setelah membaca smsnya, dia hanya ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Alena.
Dan tak terduga Alena ternyata membalas smsnya itu.

Barusan ak masuk kamar hotel. Angga lgsg pulang. Hmm, ak juga ga nyangka kita bisa ketemuan Mas

Hati Pasha berdebar-debar membaca rangkaian kalimat pendek di layar PDAnya, tiba-tiba timbul fikiran gila di otaknya.

Al, gue tahu ini udah menjelang pagi, tapi gue pengen ketemu elo lagi, apa kita bisa ketemu sekarang?

Ketemu? Buat apa, ak capek banget

Gue juga capek, tapi gue ga ingin menyesal seumur hidup karena ga ketemu elo malam ini, please, don’t ask why

WHY?

Karena gue masih sayang elo…

Sepertinya memang hanya malam ini waktu bebas bagi aku Mas, karena besok pagi jam 10 aku udah take off ke Surabaya.

So?

Kalau dah sampai lobby hotel Sanata, miss call aku. Tapi istri cantik kamu gimana?

Pasha melihat jam dinding besar di ruang tamunya, jarum pendek menunjuk di angka satu dan jarum pendek di angka tiga. Pasha memanggil taksi dengan PDAnya, lima menit kemudian taksi itu pun datang.
Di dalam taksi, Pasha asyik dengan fikirannya sendiri, apa yang akan dia katakan kepada Alena ketika bertemu nanti, dia juga mengingat-ingat obrolan apa saja yang dulu mereka sering lontarkan sewaktu chatting.
Setelah terlihat puncak Hotel Sanata dari kejauhan, Pasha segera menelpon Alena, ada beberapa kali nada tunggu, dan kemudian,”Katanya miss call aja, kok telepon?” Suara Alena membuka percakapan.
“Gue sudah hampir sampai, masih di kamar?”
“Di dalam lift, gila kamu Mas…”
“Kenapa?”
“Pagi-pagi buta menemuiku.”
“Ya..elo dah tahu alasannya kan? Oh, ini gue udah sampai di depan lobby, See you..” Pasha memutuskan pembicaraan.
Pasha segera berlari ke arah lobby, matanya mencari Alena, dan terlihat Alena berdiri di sudut lobby. Sesaat mereka berdua hanya mematung dan tersenyum, tapi Pasha sudah tak tahan lagi, dia segera berlari dan memeluk tubuh Alena.
“Mas,…” Alena merasa jengah di peluk oleh Pasha.
Pasha langsung melepaskan pelukannya, tersenyum penuh kerinduan kepada Alena.
“Kita mau kemana?” Alena melirik ke arah jam tangannya.
“McD ada di depan sana, tinggal nyebrang saja, jalan juga dah sepi.” Pasha menggandeng tangan Alena.

*

Mereka berdua hanya memesan secangkir coklat panas, dan duduk terdiam saling memandang.
“Sebegitu seriuskah hubungan kalian…” Ucapan Pasha memecah kesunyian.
“Itu pertanyaan atau…?” Alena mengangkat cangkir coklatnya dengan kedua tangannya, meniupkan perlahan uap panasnya.
“Cepat sekali kalian memutuskan akan menikah.”
“Sudah saling cinta, tunggu apa lagi?”
“Bagaimana dengan gue?” Pasha memandang Alena, pandangan memohon.
Alena membuang muka dan tersenyum sinis,”Aku harus menunggu kamu menjadi duda?”
Pasha terdiam, kepalanya menunduk,”Andai saja Angga menikah dengan orang lain, tentu gue tidak sekalut ini…”,”Gue cinta lo Al…”
“Tapi kita tahu kan? Kita nggak bisa bersama Mas?!”
“I…iya…tapi…”
“Hmmm…”
Semuanya terdiam lagi, Pasha hanya menundukkan kepalanya sembari mengaduk-ngaduk coklat panasnya dengan sendok kecil, Alena juga melakukan hal yang sama, semua larut dalam fikirannya masing-masing.
“Aku cinta Mas.”
Perkataan Alena barusan membuat kepala Pasha terangkat dan menatap Alena.
“Mas tidak merasakan kesedihanku…. ketika Mas menjauhiku.”
“Gue hanya berikan kesempatan kepada kalian untuk saling mengenal, padahal gue juga berat harus menjauhi elo Al…”
“Aku merasakan kehilanganmu, walaupun saat itu ada Angga bersamaku.”
Pasha meraih tangan Alena, mengecupnya perlahan,”Gue pun merasa tersiksa, dalam hari-hari gue tanpa lo.”
“Aku belum mencintai Angga, sedalam aku mencintai Mas.”
“Oh…Al…., Is it true?”
Alena mengangguk pelan.
“Bahkan aku punya fikiran, kalau aku menikah dengan Angga, maka aku bisa dekat denganmu….um…..aku…” Alena menarik nafas panjang, “Aku mungkin sudah gila, dan berubah menjadi Alena yang kejam dan berhati dingin, tapi…semuanya aku lakukan karena aku cinta Mas.”
Pasha menatap Alena, jantungnya berdegup kencang mendengar pengakuan dari wanita yang sangat dicintainya.
“Kamu mau berselingkuh denganku Mas?”
Pasha tak menjawabnya, dia meraih tangan Alena dan mengecupnya sekali lagi.

*

Di depan pintu kamar hotel, tangan mereka berdua masih bergenggaman erat.
“Al….”
Alena menatap Pasha,”Ya?”
Pasha mendorong Alena ke pintu di belakangnya dan menciumi kening, mata, hidung, dan bibir gadis itu…
Alena terdiam, membiarkan Pasha mencumbunya, tangan kirinya memasukkan kartu kunci kamar, pintu cepat terdorong terbuka, dan kemudian tertutup kembali.

*

Di kamar berwarna hijau tosca, beberapa menit setelah Pasha pergi, Rianti membuka matanya, bangun dari tempat tidurnya, dan kemudian dengan cepat memakai mantel tidurnya yang terbuat dari satin.
Rianti berlari menuju ruang tamu, disibakkannya sedikit gordyn berwarna hijau pupus, tampak Pasha dengan cepat menaiki taksi dan berlalu, Rianti melihat semua itu dalam diamnya, tidak tampak kemarahan di matanya. Kemudian Rianti menuju kamar tidurnya, menyambar Hp yang selalu terletak di bawah bantalnya.

Sayang, kamu sudah tidur?

Pesan terkirim

Semenit kemudian,

Belum Say, hei jam segini kok blm tidur?

Pasha pergi

Pergi kemana Bapak itu larut begini?! Kamu ditinggal sendirian Say?

Ga tau. Cari makan kali, d pesta tadi dia ga selera makan…Ada dia ato ga sama aja, aku tetep mikirin kamu.

SAMA, mau aku temani?

Kirain kamu di hotel bareng sama calonmu itu. Alena

Nggalah, kami belum pernah…., kalau itu jadi pertanyaanmu Say

Percaya…lagipula kamu juga sudah puas denganku…hehehe

Yup, puas banget!!! Aku telepon sekarang ya?

Pernah tersirat ga? Kalau Pasha tau tentang kita?

Sudah lebih dari setahun, dan dia juga ga tau, aku telepon ya Sayaaang

Aku pernah bayangkan, siapa tahu Pasha juga selingkuh…ah….

Gak mungkin Sayang! Bapak-bapak alim kayak dia. Sebentar aja kok Sayang, aku teleponnya, ya? ya?

Angga Sayangku, ga usah telepon ah, aku takut Pasha pulang, siapa tahu dia hanya cari kudapan sebentar di luar.

Hmm, oke deh, kamu bobok aja ya Sayang, Love U!

Love U too, muach.



---------The End---------

Puri Anjasmoro, Juni 2009
Background Song : Melly G and Ari Lasso - Apa Artinya Cinta

 
You can follow any responses to this entry through the Contac Us. You can leave a response.