Cerpen : Juniorku sayang

Tiga tahun sudah aku tinggalkan tempat ini sejak aku meraih gelar sarjana, aku pergi meninggalkan tempat ini dan sayangnya aku pergi bukan karena inginku dan sekarang aku datangpun dengan keterpaksaan, aku harus membawakan materi pada seminar yang diadakan oleh universitas swasta di kota ini dan sayangnya aku tidak bisa menolak karena aku adalah alumni universitas itu.

Aku tatap gedung yang menyimpan kenangan dan juga cerita tentang perjuanganku selama tiga tahun enam bulan. Tak banyak yang berubah, hanya penambahan gedung dan juga renovasi yang membuat kampus ini lebih menarik dan juga masuk dalam jajaran kampus elit padahal sebelum aku tinggalkan nyaris semua mahasiswa dan termasuk aku minder jika ditanya kuliah dimana, aku bahkan ingat betul ketika aku malah memilih tidak hadir dalam reuni tingkat SMU dulu hanya karena tak ingin ditanya kuliah dimana.

Ku tatap parkiran kampus yang makin luas dan penuh denga mobil dan motor yang berjejer rapi tidak seperti dulu yang seenaknya saja kami parker sepeda motor kami, maklum aku dan teman-temanku saat itu termasuk dalam jejeran ekonomi lemah dengan selera tinggi, disitu pulalah jadi latar dan saksi ketika mamaku menamparku setelah acara wisuda dan ramah tamah yang diadakan di aula kampus. Padahal seharusnya dia bangga karena aku lulus dengan IP 3,8 yang nyaris sempurna.

"Aku tidak butuh ijasah dan juga nilai yang bagus tapi kedewasaan dan perbaikan akhlak" itu tuturnya ketika ku katakan nilaiku nyaris sempurna "aku menyekolahkanmu untuk bisa berfikir lebih dewasa dan juga berfikir seperti intelektual lainnya"

Ku kejar langkah mamaku saat itu yang merasa malu dengan perbuatanku yang memang jika aku ingat dan pikirkan bukanlah perbuatan seorang mahasiswa.

"Pergi dan tinggalkan kami dan kembali dengan harta berlimpah untuk membayar semua pengorbananku untukmu yang tidak bisa kau hargai" dan karena kalimat itulah esoknya akupun menyusuri tempat yang memperkenalkanku dengan derita dan air mata yang berbuah kebahagian.

Hari itu penah aku sesali tapi sekarang aku sadar bahwa hari itu adalah suatu hari yang memberikan keindahan dan juga kejayaan padaku saat ini. Bahkan Karena hari itu pulalah aku menemukan gadis yang bisa terima aku apa adanya dan juga mau hidup menderita denganku hingga kami bergelimang harta kini.

Kemarin aku masih mengutuk hari itu tapi sekarang aku benar-benar sadar arti hari itu.

"Assalamu alaikum, sekarang kakak ditunggu di fakultas" ujar mahasiswi yang menjadi ketua panitia seminar padaku setelah aku selesai membawakan materi.

Ku temui dosen tetap yang ada diuniversitas itu dan ku temukan senyum bangga pada wajah mereka. @@@

Sebelum pulang aku sempatkan masuk ke sebuah ruangan yang selalu jadi kelasku dulu ketika belajar dan menunggu dosen yang biasa datang bukan pada jadwalnya atau malah tidak datang karena tidak sempat padahal aku dan kawan-kawanku menunggu selama berjam-jam di kelas faforit itu.

Jantungku berdenyut lebih cepat dari biasanya, mungkin ada kelainan atau aku sedang menderita penyakit jantung yang tidak ku ketahui. Tidak.. jantungku baik-baik saja, aku yakin itu 100%. Karena baru kemarin aku mengantar istriku untuk cek kehamilannya yang pertama setelah dua tahun kami menanti kehadiran buah hati kami, dan pada saat bersamaanpun aku iseng mengecek kesahatanku dan aku tahu aku baik-baik saja.

Ya.. Tuhan.. ternyata jantungku berdenyut tak beraturan karena menatap wajah gadis manis yang kemarin sangat aku cintai.. kemarin.. tidak, bukan kemarin tapi juga hari ini, detik ini dan kehadirannya telah tertutupi oleh kehadiran gadis yang penuh pengertian yang kini tengah menungguku dengan sabar di rumah dan sayangnya aku disini mengkhianatinya.

"Kakak kok ada disini..???"

"Kamu sendiri kenapa kuliah disini…???"

"Karena aku ingin merasakan dunia yang kemarin kakak rasakan"

"Bukannya kau lulus di universitas negeri dengan jurusan pilihan sejuta umat"

"Kedokteran maksudnya..??"

"Iya.." kutatap wajahnya dalam-dalam, wajah yang selalu aku rindukan dan harus membangunkaku di tengah malam hanya untuk menepis rasa aneh yang menganggu tidurku meskipun ku sadari ada seorang gadis telah tertidur pulas disampingku.

"Ke sini dengan siapa..??"

"Sendiri.."

"Istrinya mana..??"

"Lagi di rumah, istirahat"

"Kenapa..??? sakit..???"

"Bukan tapi sedang hamil"

"Akhirnya hamil juga" dia tersenyum manis, masih manis seperti sebelum dia ku tinggalkan karena tuntutan tradisi yang entah sejak kapan dianut oleh keluarga besar kami.

"Dia itu keponakanmu, tradisi melarang kita untuk melangsungkan pernikahan jadi hentikan hubungan kalian" tutur ibuku ketika tahu bahwa aku menjalin hubungan dengan keponakanku yang 7 tahun lebih muda dariku "Lagi pula dia masih kecil, dia belum tamat SMP sedangkan kau sudah akan meraih gelar sarjanamu"

"Kakak kenapa..???"

"Tidak, lagi mikirin dia di rumah’

"Och.." ada raut aneh pada mukanya.

"Punya banyak pacar dong sekarang…??? Makin cantik aja"

"Ini pujian seorang om atau kakak seperti kemarin..???"

"Ingat aku sudah berkeluarga"

"Iya.. aku ingat tapi hatiku tetap tidak bisa terima itu"

"Tapi sudah punya pacarkan..???"

"Sayangnya belum, karena di hatiku masih ada seseorang tak akan pernah aku lupakan" aku tertunduk mendengar ucapannya, aku tidak kuat, sama seperti kemarin ketika dia menangis dan memintaku untuk tidak meninggalkannya.

"Aku pulang dulu"

"Kita jalan dulu kak yach.. kalau kakak tidak sibuk, mumpung ada disini" ku tatap wajah yang penuh permohonan itu.

"Tidak.. aku sibuk, secepatnya aku mau pulang karena kwatir akan keadaan istriku di rumah"

"Och.." ada nada aneh dan kecewa yang terdengar ketika dia mengucapkan kata itu.

Dan tanpa mendengarkan ucapannya berikutnya aku berlalu darinya, maaf.. aku berlalu dan meninggalkannya bukan karena aku kwatir dengan istriku, istriku wanita dewasa yang bisa jaga diri dan bahkan menjagaku dari gelapnya malam serta dinginnya malam, tapi aku kwatir makin menyukainya dan tak bisa melupakannya dan hanya bisa melukainya. Bagaimanapun aku dan dia tidak akan bersama.

Istriku maafkanku.. ini kesalahanku dan aku janji tidak akan terulang, yakinlah itu, karena aku suamimu yang akan jadi ayah dari anakmu kelak.

 
You can follow any responses to this entry through the Contac Us. You can leave a response.